Rin-Rin Shop

Rin-Rin Shop
sampul

Senin, 30 Juni 2014

JAYA INDONESIA



JAYA INDONESIA
Indonesia ini seperti kapal tua yang berlayar tak tau arah.
Arahnya ada, hanya nahkoda kita yg tak bisa membaca, mungkin dia bisa membaca tapi tertutup hasrat membabi buta.
Hasrat hidup di keluarga, saudara, kolega, dan mungkin istri muda.
Indonesia itu memang seperti kapal tua, dengan penumpang berbagai rupa, ada dari Sumatra, Jawa Madura, Sumbawa hingga Papua, bersatu dalam Nusantara.
Enam kali sudah kita ganti nahkoda tapi masih jauh dari kata sejahtera.
Dari dulu sampai sekarang, dari teriakan kata “Merdeka” sampai folbek donk kakaaaaaa
Nahkoda pertama,
Sang proklamator bersama hatta, membangun dengan semangat pancasila dan terkenal di kalangan wanita, ia pernah berkata  mampu mengguncangkan dunia dengan 10 pemuda, tapi itukan kurang satu untuk tim sepak bola, kalau begini kapan kita bisa ikut piala dunia.
Nahkoda kedua,
 32 tahun berkuasa, datang dengan program bernama pelita, bapak pembangunan bagi mereka, tapi bagi saya tidak ada bedanya, TIDAK ADA. Penumpang bersuara berakhir di penjara, atau hilang di lautan tanpa berita, beda dengan Dodit Mulyanto yang hanya modal biola saja terkenal di Indonesia.
Nahkoda ketiga,
Sang wakil yang naik tahta, mewarisi pecah belahnya masa orba, belum sempat menjelajah samudra, ia terhenti di tahun pertama, dibanggakan di Eropa, dipermainkan di Indonesia, Jerman dapat ilmunya, kita dapat apa??? Dapat antrian panjang nonton filmnya.
Nahkoda selanjutnya, nahkoda keempat
Sang kyai dengan hati terbuka, ia terhenti dalam sidang istimewa, ketika tokoh-tokoh reformasi berebut istana, potong bebek sajaaaa, gitu saja kok repot, kata Gufur ft Ursula.
Nahkoda kelima,
Nahkoda pertama seorang wanita, dari tangan ibunya, bendera pusaka tercipta, kata bapaknya, “berikan aku 10 pemuda”  tapi apa daya itu di luar kemampuan ibu beranak 3, kalau mau 10 pemuda, ambil saja dari followersnya Raditya Dika, cemungut ya kakaaaaaaa
Nahkoda keenam bagian A, kenapa bagian A??? sengaja biar tetap pada 5A
Dua pemilu mengungguli perolehan suara, 2X di sumpah atas nama Garuda, tapi itu hanya awal cerita. Cerita panjangnya terpampang di banyak media, LAPINDO,  MUNIR,  CENTURY, HAMBALANG, kami menolak lupa. Kini ia telah hadir di sosial media, mungkin bermaksud mengalahkan Raditya Dika, setelah 4 album yang entah seperti apa, mungkin ia akan membuat film “Malam Minggu Istana”
Kini 2014 telah tiba, saatnya kita kembali memilih nahkoda, pastikan dia yang mengerti BHINNEKA TUNGGAL IKA, bukan boneka milik Amerika. Dia yang mengerti suara kita, suara kalau Indonesia bisa, bukan suara aitakatta, ea ea, atau folbek donk kakaaaaaaaa.
Inilah cerita kapal tua kita, ada yang tidak percaya??? Sudah kalian percaya saja J (Abdurrahim Arsyad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar